Kegiatan "Belajar" di Bulan Desember 2017
Desember 2017 ini, saya merasa banyak sekali berkesempatan
mendapatkan pengetahuan dari berbagai acara. Baik di dalam kota maupun luar
kota Rangkasbitung. Bersyukurnya saya adalah suami saya selalu mendukung apapun
kegiatan yang saya ikuti selama kegiatan itu positif. Baiklah satu per satu
saya tuliskan. Meskipun agak telat penulisannya dari waktu pelaksanaan
kegiatannya, mohon maaf ya, harap maklum (sedang banyak deadline) semoga ini
bisa bermanfaat bagi siapa pun yang membacanya.
Pada 9 Desember 2017, saya mengikuti Pelatihan Metodologi Bahsa dan
Linguistik Forensik. Pembicaranya adalah penulis buku yang selama ini bukunya
selalu menjadi pedoman karya ilmiah baik mahasiswa maupun akademisi yaitu
Prof.Emzir. Beliau guru besar di Uiversitas Negeri Jakarta. Pemateri yang kedua
adalah Dr.Andhika seorang akademisi dari Universitas Pendidikan Indonesia.
Kolabrasi kedua akademisi ini mengulas materi kuliah saya serta membuka wawasan
baru tentang dunia kebahasaan. Dr.Andhika yang juga merupakan saksi ahli kasus
Buni Yani ini menyatakan bahwa dunia linguistik forensik sangat membutuhkan
orang-orang yang berilmu dan berani.
***
11 Desember 2017, saya meluncur dari kota yang
terkenal dengan tokoh Saija Adinda ke ibukota Provinsi Banten. Sejak saya
bergabung di Kelas Menulis Rumah Dunia (KMRD) angkatan ke-30, membuka peluang
yang sangat lebar untuk dapat mengembangkan diri. Alhamdulillah kali ini saya
bersama beberapa relawan Rumah Dunia berkesempatan hadir sebagai undangan di
acara “Pertemuan Netizen/ Blogger Provinsi Banten” yang diselenggarakan Dinas
Komunikasi, Informatika, Statistik, dan Persandian Provinsi Banten.
Acara pembukaan
dibuka oleh Bapak Komar sebagai Kepala Dinas Komunikasi, Informatika,
Statistik, dan Persandian Provinsi Banten. Acara diisi oleh beberapa pembicara
yaitu Perwakilan dari Kementerian Komunikasi dan Informatika RI (Bapak Helmi
Malik Bou), Perwakilan dari Bappeda Provinsi Banten (Ibu Ika Kartika), Relawan
TIK (Bapak Ali Sahdi Sutisna), dan perwakilan dari Dinas Pekerjaan Umum dan
Penataan Ruang Provinsi Banten. Acara
pertemuan ini dimoderatori leh Bapak Entong.
Penyampaian materi
pertama diisi oleh perwakilan Kominfo. Rumah netizen adalah di Kominfo.
Stakeholdernya adalah kita semua. Jangan ragu untuk datang. Menteri Kominfo
senang bertemu dengan blogger, terlebih di suasana nonformal. Jika di suasana
formal ada efek psikologis, blogger jadi sungkan dan tidak bebas.
Pak Helmi pun
menjelaskan bahwa kini zaman memasuki generasi Z yang didefinisikan sebagai
orang-orang yang lahir dalam rentang tahun kelahiran sampai 2014. Sejak lahir
sudah ada media sosial seperti facebook twitter, instagram, dan lain-lain.
Generasi sekarang harus bisa menyesuaikan diri karena garapannya berbeda.
Beliau juga
menjelaskan tentang berita-berita yang kini marak dan diragukan kebenarannya
atau berita hoax. Ciri-ciri berita hoax antara lain menciptakan kecemasan,
permusuhan, pemujaan berlebihan, sumbernya tidak jelas, tidak dapat dimintai
pertanggungjawaban, mencatut media terkenal dan tokoh berpengaruh tetapi dengan
alamat blogspot, juga judul yang provokatif. Sebagai insan yang hidup di era
digital yang tidak terbendung, kita harus pintar-pintar menyaring informasi
apakah informasi yang kita terima termasuk hoax atau bukan. Kominfo memiliki
website untuk mengonfirmasi berita hoax atau tidak yaitu beralamat di
jpp.go.id.
Pembicara kedua
perwakilan dari Bappeda Provinsi Banten, Ibu Ika Kartika. Beliau menyampaikan tentang Kebijakan
Pembangunan Bidang Teknologi Informasi dan Komunikasi Pemerintah Provinsi
Banten. Realitanya kini, SKPD memiliki aplikasi masing-masing, mayoritas tidak
terintegrasi satu sama lain, jadi terkesan berjalan sendiri-sendiri. Idealnya,
sebuah aplikasi suatu provinsi seharusnya terintegrasi. Tahun 2021 diharapkan
keadaan ideal tersebut tercapai. Oleh karena itu, kritik yang membangun untuk
pemerintah Provinsi Banten sangat dibutuhkan.
Agar menjangkau kebutuhan masyarakat, maka hubungan masyarakat dengan pemerintah
harus “mesra”. Infrastruktur sudah
mumpuni, namun SDM serta management-nya
menjadi PR. Lebih dari 69% masyarakat belum mengenal internet, karena keadaan
hidup yang membuatnya lebih mempriorotaskan kebutuhan primer daripada
teknologi. Tugas pemerintah di sini adalah membuat teknologi menjadi murah
sehingga dapat dinikmati oleh semua kalangan.
Teknologi juga
membuat pekerjaan menjadi lebih praktis. Aplikasi-aplikasi yang tersedia dapat
memudahkan pekerjaan para ASN, misalnya untuk urusan disposisi dapat
menggunakan aplikasi sehingga hemat kertas yang bertumpuk-tumpuk.
“Masyarakat telah
berubah, akankah pemerintah begitu-begitu saja?” Kalimat retorika yang menjadi statement penutup dari Ibu Ika sebagai perwakilan dari Bappeda
Provinsi Banten.
Pembicara ketiga
perwakilan dari Relawan TIK (Bapak Ali Sahdi Sutisna). Ia menyampaikan fokus
pekerjaan Relawan TIK ada 4, yaitu Literasi Pendidikan, UKM/ Usaha, Desa,
Aplikasi Teknologi dan Jaringan. Untuk Literasi Pendidikan, Relawan TIK membantu
mendampingi, membuat, mendaftarkan, serta mengelola website sekolah untuk semua
tingkatan (SD, SMP, dan SMA). Untuk
desa, Relawan TIK membantu perangkat desa untuk membuat website desa.
Pembicara keempat
dari perwakilan Dinas Pekerjaan Umum dan Penataan Ruang Provinsi Banten. Ia
menjelaskan rencana strategis pembangunan
Provinsi Banten.
Banyak informasi baru yang saya dapatkan dalam pertemuan netizen/
blogger ini. Saya pun jadi tahu arah kebijakan Provinsi Banten ke depannya.
Semoga kita kawula muda dapat terus semangat dalam mengisi pembangunan dari dunia maya.
***
12 Desember 2017, saya berkesempatan ikut acara STUDIUM GENERALE “Praktik
Pendidikan Antikorupsi berbasis Literasi” TALI INTEGRITAS.
Taman Literasi Integritas, rangkaian acara yang diselenggarakan oleh
lembaga tinggi negara yaitu Komisi Pemberantasan Korupsi (KPK) dalam rangka
Hakordia 2017 (Hari Antikorupsi Sedunia). Tali Integritas dilaksanakan di
Bidakara Hotel Jakarta.
Untuk menjadi peserta dari acara ini, saya harus mengikuti seleksi ketat
yang diadakan beberapa hari sebelum acara berlangsung. Karena kuota peserta
terbatas hanya 50 orang, maka seleksi sangat ketat, pemfilteran peserta
disaring dari berbagai latar belakang pendidikan, profesi, dan beberapa aspek
lainnya yang diisikan pada form pendaftaran. H-4 barulah pengumuman peserta
terpilih diumumkan melalui email. Alhamdulillah saya beruntung menjadi peserta
terpilih.
Di acara Tali Integritas ini, beberapa orang yang sangat berintegritas di
bidangnya terutama dalam memerangi korupsi menjadi narasumber. Mereka berkarakter
luar biasa. Saya belajar dari cerita-cerita para narasumber betapa hal-hal
kecil dalam kehidupan sehari-hari justru ternyata membentuk karakter kita
menjadi pribadi yang berintegritas, jujur, rendah hati, menghormati orang lain,
dan karakter baik lainnya.
Pengisi acaranya yaitu Kang Firman Hadiansyah sebagai Ketua TBM yang
membawakan materi penguatan literasi dan pengembangan taman baca, Kang Maman
Suherman dengan materi literasi dan antikorupsi, Kang Sahlan Ramadhan dari Komunitas Obat Manjur dengan materi
praktik penidikan antikorupsi di komunitas, Kang Imam Soleh dari komunitas
Celah-Celah Langit Bandung dengan membawakan puisi antikorupsi, Ibu Septi Peni
Wulandari dari Institut Ibu Profesional dengan membawakan materi pendidikan
antikorupsi di keluarga, Ibu Sinta Ratna Sari dari SD Gagas Ceria Bandung
dengan materi praktik antikorupsi di sekolah, dan Perwakilan dari KPK yaitu
Bapak Saut Situmorang.
Usai acara stadium generale, di lantai dasar Bidakara Hotel sedang
dilaksanakan pameran lembaga tinggi negara dan kementerian di Indonesia dalam
rangka hari antikorupsi. Masing-masing institusi memamerkan strateginya dalam
mencegah korupsi. Ada juga games yang diadakan dengan memberikan goody bag
untuk yang berhasil menjawab pertanyaan seputar antikorupsi dengan benar.
Alhamdulillah saya berhasil menjawab pertanyaan-pertanyaan dan mendapatkan
beberapa goody bag dan cenderamata yang berasal dari KPK, Kementerian
Pariwisata, Kementerian Agama, LPSK, LKPP, dan MA. Selain itu, saya
berkesempatan berfoto bersama Putri Pariwisata Indonesia. Saya senang sekali,
hehehe.
***
17 Desember 2017, saya berkesempatan mengikuti dua acara sekaligus
yaitu peluncuran dan bedah buku “Mengajar untuk Perubahan”. Acara kawah
literasi ini dipersembahkan oleh Rumah Dunia dan Indonesia Corruption Watch
(ICW). Narasumbernya yaitu Kang Ade Iwarawan dari ICW, Pak Bambang Wisudo dari
Sekolah Tanpa Batas, Kang Deny Surya Permana yang menulis buku Mengajar untuk
Perubahan, Kang Ardian Je sebagai pembedah buku serta Kang Daru Pamungkas
sebagai moderator.
Sebagai pengajar yang bekerja di lembaga pendidikan berikon dewa ilmu
pengetahuan, saya merasa cerita-cerita yang diutarakan oleh para narasumber
sangat real dan membuat saya ada kaget dengan detail ceritanya, ada rasa
bersyukur mengajar di tempat yang setidaknya masih dekat dengan kota. Betapa di
pedalaman Indonesia pendidikan masih sangat memprihatinkan dan itu menjadi PR
kita bersama. Serta upaya-upaya luar biasa para guru hebat dalam memerangi
korupsi.
Masih di tempat yang sama, aula Rumah Dunia. Setelah acara peluncuran
buku Mengajar untuk Perubahan, acara selanjutnya adalah Panggung Puisi 3
Penyair Gondrog VS 3 Wakil Wanthila. #
penyair gondrong yaitu Kang Iyut Fitra, Kang Sosiawan Leak, Kang Isbedy Stiawan
ZS. Ketiga penyair laki-laki nyentrik yang sukses membuat penikmat puisi terpukau
dengan aksinya di panggung. Taklupa 3 wakil wanthila yang memiliki kepanjangan
3 wanita pentakilan, hehehe. Ketiga srikandi yang melawan 3 penyair gondrong
yaitu Ibu Rini Intama, Ibu Ayu Cipta, dan Ibu Dhenok Kristanti. Ketiga srikandi
ini sukses menjadi rival 3 penyair gondrong. Mereka berlaga di atas panggung.
Sukses membuat saya terkesima karena penjiwaannya serta pembawaannya di atas
panggung. Puisi yang dibawakan mayoritas bertemakan negeri Indonesia, ada yang
membahas dari sumber daya alam, lapangan kerja, dan pemimpin di Indonesia
***
Pada tanggal 20 Desember 2017, saya berkesempatan mengikuti Konferensi
Nasional Baduy: Penataan Kawasan Adat dalam Mendukung Pembangunan
Berkelanjutan, yang diselenggarakan STISIP Setia Budhi Rangkasbitung. Di acara
tersebut, narasumbernya penulis buku Saatnya Baduy Bicara Bapak Ahmad Sihabudin dan Bapak Asep Kurnia,
Bapak Suaib Amiruddin sebagai Ketua STISIP Setia Budhi, dan Bapak Harits Hijrah
Wicaksana sebagai dosen STISIP Setia Budhi. Para narasumber membahas keadaan
Baduy terkini serta tantangan-tantangan zaman modern.
Selain konferensi, saya juga lolos di seleksi call paper sehingga
setelah konferensi saya harus mempresentasikan hasil karya ilmiah yang telah
saya kirim sebelumnya. Karena tema konferensinya tentang Suku Baduy, maka paper
yang saya buat juga mengikuti tema tersebut. Saya buat makalah dengan judul Resepsi Masyarakat Kabupaten
Lebak Provinsi Banten terhadap Upacara Seba Suku Baduy. Isinya kurang lebih
membahas local wisdom yang terdapat dalam ritual Upacara Seba yang rutin
dilaksanakan setahun sekali oleh Suku Baduy.
Menjadi pemakalah di forum ilmiah dengan peserta dari berbagai kampus
merupakan pengalaman pertama bagi saya. Rasa deg-degan di awal pasti ada, tetapi saya berusaha bisa mengendalikan. Alhamdulillah presentasi makalah saya lancar dengan menjawab beberapa pertanyaan dari audince. Saya berharap ke depannya dapat lebih
meningkatkan diri lagi.
Itulah kegiatan "belajar" yang saya lakukan selama bulan Desember 2017. Semoga di tahun depan (2018) lebih banyak lagi kesempatan untuk mendapatkan ilmu dari mana pun. Aamiin.