Sabtu, 30 Desember 2017

Kegiatan "Belajar" di Bulan Desember 2017



 Kegiatan "Belajar" di Bulan Desember 2017

Desember 2017 ini, saya merasa banyak sekali berkesempatan mendapatkan pengetahuan dari berbagai acara. Baik di dalam kota maupun luar kota Rangkasbitung. Bersyukurnya saya adalah suami saya selalu mendukung apapun kegiatan yang saya ikuti selama kegiatan itu positif. Baiklah satu per satu saya tuliskan. Meskipun agak telat penulisannya dari waktu pelaksanaan kegiatannya, mohon maaf ya, harap maklum (sedang banyak deadline) semoga ini bisa bermanfaat bagi siapa pun yang membacanya.

Pada 9 Desember 2017, saya mengikuti Pelatihan Metodologi Bahsa dan Linguistik Forensik. Pembicaranya adalah penulis buku yang selama ini bukunya selalu menjadi pedoman karya ilmiah baik mahasiswa maupun akademisi yaitu Prof.Emzir. Beliau guru besar di Uiversitas Negeri Jakarta. Pemateri yang kedua adalah Dr.Andhika seorang akademisi dari Universitas Pendidikan Indonesia. Kolabrasi kedua akademisi ini mengulas materi kuliah saya serta membuka wawasan baru tentang dunia kebahasaan. Dr.Andhika yang juga merupakan saksi ahli kasus Buni Yani ini menyatakan bahwa dunia linguistik forensik sangat membutuhkan orang-orang yang berilmu dan berani.



                                                                                  ***
11 Desember 2017, saya meluncur dari kota yang terkenal dengan tokoh Saija Adinda ke ibukota Provinsi Banten. Sejak saya bergabung di Kelas Menulis Rumah Dunia (KMRD) angkatan ke-30, membuka peluang yang sangat lebar untuk dapat mengembangkan diri. Alhamdulillah kali ini saya bersama beberapa relawan Rumah Dunia berkesempatan hadir sebagai undangan di acara “Pertemuan Netizen/ Blogger Provinsi Banten” yang diselenggarakan Dinas Komunikasi, Informatika, Statistik, dan Persandian Provinsi Banten.        


Acara pembukaan dibuka oleh Bapak Komar sebagai Kepala Dinas Komunikasi, Informatika, Statistik, dan Persandian Provinsi Banten. Acara diisi oleh beberapa pembicara yaitu Perwakilan dari Kementerian Komunikasi dan Informatika RI (Bapak Helmi Malik Bou), Perwakilan dari Bappeda Provinsi Banten (Ibu Ika Kartika), Relawan TIK (Bapak Ali Sahdi Sutisna), dan perwakilan dari Dinas Pekerjaan Umum dan Penataan Ruang Provinsi Banten.  Acara pertemuan ini dimoderatori leh Bapak Entong.

Penyampaian materi pertama diisi oleh perwakilan Kominfo. Rumah netizen adalah di Kominfo. Stakeholdernya adalah kita semua. Jangan ragu untuk datang. Menteri Kominfo senang bertemu dengan blogger, terlebih di suasana nonformal. Jika di suasana formal ada efek psikologis, blogger jadi sungkan dan tidak bebas. 

Pak Helmi pun menjelaskan bahwa kini zaman memasuki generasi Z yang didefinisikan sebagai orang-orang yang lahir dalam rentang tahun kelahiran sampai 2014. Sejak lahir sudah ada media sosial seperti facebook twitter, instagram, dan lain-lain. Generasi sekarang harus bisa menyesuaikan diri karena garapannya berbeda.
Beliau juga menjelaskan tentang berita-berita yang kini marak dan diragukan kebenarannya atau berita hoax. Ciri-ciri berita hoax antara lain menciptakan kecemasan, permusuhan, pemujaan berlebihan, sumbernya tidak jelas, tidak dapat dimintai pertanggungjawaban, mencatut media terkenal dan tokoh berpengaruh tetapi dengan alamat blogspot, juga judul yang provokatif. Sebagai insan yang hidup di era digital yang tidak terbendung, kita harus pintar-pintar menyaring informasi apakah informasi yang kita terima termasuk hoax atau bukan. Kominfo memiliki website untuk mengonfirmasi berita hoax atau tidak yaitu beralamat di jpp.go.id.

Pembicara kedua perwakilan dari Bappeda Provinsi Banten, Ibu Ika Kartika. Beliau menyampaikan tentang Kebijakan Pembangunan Bidang Teknologi Informasi dan Komunikasi Pemerintah Provinsi Banten. Realitanya kini, SKPD memiliki aplikasi masing-masing, mayoritas tidak terintegrasi satu sama lain, jadi terkesan berjalan sendiri-sendiri. Idealnya, sebuah aplikasi suatu provinsi seharusnya terintegrasi. Tahun 2021 diharapkan keadaan ideal tersebut tercapai. Oleh karena itu, kritik yang membangun untuk pemerintah Provinsi Banten sangat dibutuhkan.  Agar menjangkau kebutuhan masyarakat, maka hubungan masyarakat dengan pemerintah harus mesra. Infrastruktur sudah mumpuni, namun SDM serta management-nya menjadi PR. Lebih dari 69% masyarakat belum mengenal internet, karena keadaan hidup yang membuatnya lebih mempriorotaskan kebutuhan primer daripada teknologi. Tugas pemerintah di sini adalah membuat teknologi menjadi murah sehingga dapat dinikmati oleh semua kalangan.

Teknologi juga membuat pekerjaan menjadi lebih praktis. Aplikasi-aplikasi yang tersedia dapat memudahkan pekerjaan para ASN, misalnya untuk urusan disposisi dapat menggunakan aplikasi sehingga hemat kertas yang bertumpuk-tumpuk.

“Masyarakat telah berubah, akankah pemerintah begitu-begitu saja?” Kalimat retorika yang menjadi statement penutup dari Ibu Ika sebagai perwakilan dari Bappeda Provinsi Banten.
Pembicara ketiga perwakilan dari Relawan TIK (Bapak Ali Sahdi Sutisna). Ia menyampaikan fokus pekerjaan Relawan TIK ada 4, yaitu Literasi Pendidikan, UKM/ Usaha, Desa, Aplikasi Teknologi dan Jaringan. Untuk Literasi Pendidikan, Relawan TIK membantu mendampingi, membuat, mendaftarkan, serta mengelola website sekolah untuk semua tingkatan (SD, SMP, dan SMA).  Untuk desa, Relawan TIK membantu perangkat desa untuk membuat website desa.
Pembicara keempat dari perwakilan Dinas Pekerjaan Umum dan Penataan Ruang Provinsi Banten. Ia menjelaskan rencana strategis pembangunan Provinsi Banten.
Banyak informasi baru yang saya dapatkan dalam pertemuan netizen/ blogger ini. Saya pun jadi tahu arah kebijakan Provinsi Banten ke depannya. Semoga kita kawula muda dapat terus semangat dalam mengisi pembangunan  dari dunia maya.

                                                                                     ***
 12 Desember 2017, saya berkesempatan ikut acara STUDIUM GENERALE “Praktik Pendidikan Antikorupsi berbasis Literasi” TALI INTEGRITAS.
Taman Literasi Integritas, rangkaian acara yang diselenggarakan oleh lembaga tinggi negara yaitu Komisi Pemberantasan Korupsi (KPK) dalam rangka Hakordia 2017 (Hari Antikorupsi Sedunia). Tali Integritas dilaksanakan di Bidakara Hotel Jakarta.

Untuk menjadi peserta dari acara ini, saya harus mengikuti seleksi ketat yang diadakan beberapa hari sebelum acara berlangsung. Karena kuota peserta terbatas hanya 50 orang, maka seleksi sangat ketat, pemfilteran peserta disaring dari berbagai latar belakang pendidikan, profesi, dan beberapa aspek lainnya yang diisikan pada form pendaftaran. H-4 barulah pengumuman peserta terpilih diumumkan melalui email. Alhamdulillah saya beruntung menjadi peserta terpilih. 

Di acara Tali Integritas ini, beberapa orang yang sangat berintegritas di bidangnya terutama dalam memerangi korupsi menjadi narasumber. Mereka berkarakter luar biasa. Saya belajar dari cerita-cerita para narasumber betapa hal-hal kecil dalam kehidupan sehari-hari justru ternyata membentuk karakter kita menjadi pribadi yang berintegritas, jujur, rendah hati, menghormati orang lain, dan karakter baik lainnya.







Pengisi acaranya yaitu Kang Firman Hadiansyah sebagai Ketua TBM yang membawakan materi penguatan literasi dan pengembangan taman baca, Kang Maman Suherman dengan materi literasi dan antikorupsi, Kang Sahlan Ramadhan  dari Komunitas Obat Manjur dengan materi praktik penidikan antikorupsi di komunitas, Kang Imam Soleh dari komunitas Celah-Celah Langit Bandung dengan membawakan puisi antikorupsi, Ibu Septi Peni Wulandari dari Institut Ibu Profesional dengan membawakan materi pendidikan antikorupsi di keluarga, Ibu Sinta Ratna Sari dari SD Gagas Ceria Bandung dengan materi praktik antikorupsi di sekolah, dan Perwakilan dari KPK yaitu Bapak Saut Situmorang.

Usai acara stadium generale, di lantai dasar Bidakara Hotel sedang dilaksanakan pameran lembaga tinggi negara dan kementerian di Indonesia dalam rangka hari antikorupsi. Masing-masing institusi memamerkan strateginya dalam mencegah korupsi. Ada juga games yang diadakan dengan memberikan goody bag untuk yang berhasil menjawab pertanyaan seputar antikorupsi dengan benar. Alhamdulillah saya berhasil menjawab pertanyaan-pertanyaan dan mendapatkan beberapa goody bag dan cenderamata yang berasal dari KPK, Kementerian Pariwisata, Kementerian Agama, LPSK, LKPP, dan MA. Selain itu, saya berkesempatan berfoto bersama Putri Pariwisata Indonesia. Saya senang sekali, hehehe.
                                                                                   ***
17 Desember 2017, saya berkesempatan mengikuti dua acara sekaligus yaitu peluncuran dan bedah buku “Mengajar untuk Perubahan”. Acara kawah literasi ini dipersembahkan oleh Rumah Dunia dan Indonesia Corruption Watch (ICW). Narasumbernya yaitu Kang Ade Iwarawan dari ICW, Pak Bambang Wisudo dari Sekolah Tanpa Batas, Kang Deny Surya Permana yang menulis buku Mengajar untuk Perubahan, Kang Ardian Je sebagai pembedah buku serta Kang Daru Pamungkas sebagai moderator. 

Sebagai pengajar yang bekerja di lembaga pendidikan berikon dewa ilmu pengetahuan, saya merasa cerita-cerita yang diutarakan oleh para narasumber sangat real dan membuat saya ada kaget dengan detail ceritanya, ada rasa bersyukur mengajar di tempat yang setidaknya masih dekat dengan kota. Betapa di pedalaman Indonesia pendidikan masih sangat memprihatinkan dan itu menjadi PR kita bersama. Serta upaya-upaya luar biasa para guru hebat dalam memerangi korupsi.

Masih di tempat yang sama, aula Rumah Dunia. Setelah acara peluncuran buku Mengajar untuk Perubahan, acara selanjutnya adalah Panggung Puisi 3 Penyair Gondrog VS 3  Wakil Wanthila. # penyair gondrong yaitu Kang Iyut Fitra, Kang Sosiawan Leak, Kang Isbedy Stiawan ZS. Ketiga penyair laki-laki nyentrik yang sukses membuat penikmat puisi terpukau dengan aksinya di panggung. Taklupa 3 wakil wanthila yang memiliki kepanjangan 3 wanita pentakilan, hehehe. Ketiga srikandi yang melawan 3 penyair gondrong yaitu Ibu Rini Intama, Ibu Ayu Cipta, dan Ibu Dhenok Kristanti. Ketiga srikandi ini sukses menjadi rival 3 penyair gondrong. Mereka berlaga di atas panggung. Sukses membuat saya terkesima karena penjiwaannya serta pembawaannya di atas panggung. Puisi yang dibawakan mayoritas bertemakan negeri Indonesia, ada yang membahas dari sumber daya alam, lapangan kerja, dan pemimpin di Indonesia
                                      

                                                                                      ***
Pada tanggal 20 Desember 2017, saya berkesempatan mengikuti Konferensi Nasional Baduy: Penataan Kawasan Adat dalam Mendukung Pembangunan Berkelanjutan, yang diselenggarakan STISIP Setia Budhi Rangkasbitung. Di acara tersebut, narasumbernya penulis buku Saatnya Baduy Bicara  Bapak Ahmad Sihabudin dan Bapak Asep Kurnia, Bapak Suaib Amiruddin sebagai Ketua STISIP Setia Budhi, dan Bapak Harits Hijrah Wicaksana sebagai dosen STISIP Setia Budhi. Para narasumber membahas keadaan Baduy terkini serta tantangan-tantangan zaman modern. 
                                                                                     
Selain konferensi, saya juga lolos di seleksi call paper sehingga setelah konferensi saya harus mempresentasikan hasil karya ilmiah yang telah saya kirim sebelumnya. Karena tema konferensinya tentang Suku Baduy, maka paper yang saya buat juga mengikuti tema tersebut. Saya buat makalah  dengan judul Resepsi Masyarakat Kabupaten Lebak Provinsi Banten terhadap Upacara Seba Suku Baduy. Isinya kurang lebih membahas local wisdom yang terdapat dalam ritual Upacara Seba yang rutin dilaksanakan setahun sekali oleh Suku Baduy.



Menjadi pemakalah di forum ilmiah dengan peserta dari berbagai kampus merupakan pengalaman pertama bagi saya. Rasa deg-degan di awal pasti ada, tetapi saya berusaha bisa mengendalikan. Alhamdulillah presentasi makalah saya lancar dengan menjawab beberapa pertanyaan dari audince. Saya berharap ke depannya dapat lebih meningkatkan diri lagi.

Itulah kegiatan "belajar" yang saya lakukan selama bulan Desember 2017. Semoga di tahun depan (2018) lebih banyak lagi kesempatan untuk mendapatkan ilmu dari mana pun. Aamiin.

1 komentar:

Blogger Pintar: Paham Nilai-Nilai Pancasila

Blogger Pintar: Paham Nilai-Nilai Pancasila Oleh: Yollanda Blogger pintar, paham nilai-nilai Pancasila. Itu jargon yang te...